Kota Makoko adalah kota kumuh yang terletak di Lagos State, Nigeria, berdiri di tepi pantai Laut Samudra Atlantik. Selain kumuh, Makoko juga merupakan kota terapung dan ditempati oleh sekitar 150.000 hingga 250.000 jiwa. Makoko merupakan sebuah desa kecil yang dibangun oleh para nelayan sekitar 100 tahun yang lalu.
Kemudian, jadilah kota itu berkembang menjadi sebuah kota permukiman yang ramai. Saat ini, Makoko didominasi oleh para imigran dari Afrika Barat yang sedang mencari nafkah di Nigeria. Rumah-rumah di Makoko dibangun di atas air pantai yang terbuat dari kayu, dengan sebuah penyangga kayu tebal yang ditanam ke dalam permukaan tanah di bawah air laut. Setiap rumahnya dihuni oleh sekitar 6 hingga 10 orang.
Jalur utama di Makoko adalah melalui kanal-kanal yang dibangun yang mengelilingi tiap rumah, dengan alat transportasi utama menggunakan perahu kayu dan kano. Selain sebagai alat transportasi, perahu juga dapat digunakan sebagai pasar bagi para pedagang untuk menjajakan barang dagangannya.
Dalam beberapa dekade, penduduk di Makoko tidak memiliki infrastruktur dasar, termasuk akses untuk memperoleh air bersih, listrik, bahkan pembuangan sampah pun tidak tersedia. Akibatnya, air berminyak dan berwarna hitam hingga mengeluarkan bau menyengat, dan sampah yang berserakan di sekitar permukiman membuat penduduk Makoko rentan terhadap bahaya lingkungan.
Tiap rumah di Makoko tidak terdapat kamar mandi, penduduk mengandalkan toilet umum yang digunakan sekitar 15 rumah tangga dengan akibat pencemaran lingkungan yang membuatnya semakin buruk. Bahkan, Pemerintah Nigeria sama sekali tidak menyediakan air bersih yang aman untuk diminum, satu-satunya sumber air minum adalah membelinya dari pedagang yang mendapatkan akses air bersih dari tempat lain.
Pada Juli 2012, Pemerintah Nigeria melakukan penggusuran di Makoko, terutama terhadap rumah dan permukiman yang dibangun secara ilegal. Praktik penggusuran dilakukan atas nama kebersihan, kesehatan, dan pencemaran lingkungan. Namun, aroma ekonomi-kapital tercium dari praktik penggusuran tersebut.
Penduduk menyakini bahwa pemerintah melakukan itu karena berencana menjual sebagian daerah Makoko kepada para pengembang properti dan investor untuk sebuah keuntungan besar dan kemungkinan kerusakan lingkungan yang lebih parah. Penduduk tidak tinggal diam, media pun mengawal dan ikut melakukan protes atas tindakan Pemerintah Nigeria yang sewenang-wenang. Hasilnya Pemerintah Nigeria akan melakukan pembenahan dan renovasi kawasan permukiman di Makoko yang digusur.
Programnya adalah menyediakan akomodasi layak bagi sekitar 250.000 jiwa dan peluang kerja bagi 150.000 penduduk. Belum lama ini, Pemerintah Nigeria juga mengundang tim arsitek untuk merancang sebuah sekolah terapung di Makoko. Daerah kumuh belum tentu tidak layak huni, kesalahan dan sikap abai dari pemerintah bisa menjadi salah satu faktor yang terjadi di Makoko. Perlawanan menunjukkan keberhasilannya, masa-masa pemerintah Nigeria yang selama ini mengabaikan Makoko akhirnya selesai.
Suasana kumuh yang ada di Makoko, juga dialami oleh beberapa tempat di indonesia meski tak separah di sana. Yang jelas, masalah tempat kumuh seperti Makoko di atas, sejatinya bukanlah tanggung jawab satu pihak saja, melainkan semua elemen seperti pemerintah dan masyarakat yang terlibat di dalamnya. Bersyukurah kita yang tidak tinggal di daerah seperti Makoko di atas.