Ada yang menarik dan menjadi pelajaran untuk pasangan yang akan menikah, Cerita Sepasang pengantin di Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah (Jateng), menjadi viral di media sosial (medsos). Sebab, mahar dari pernikahan tersebut hanya sepasang sendal jepit.
Pasangan Budi Risdianto (25) dan Julia Warasita (25) menikah pada Sabtu (29/12/2018) lalu. Mereka sama sekali tidak berniat mencari sensasi atau ketenaran, hanya memang mahar sendal jepit ini menjadi simbol bahwa pernikahan tak harus pakai modal besar.
“Tidak ada tujuan khusus sih, cuma meniatkan kesederhanaan saja. Apalagi niat cari sensasi supaya viral, tidak ada sama sekali,” kata Julia saat ditemui di rumahnya kawasan Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen, Jateng, Senin (1/1/2019).
Mahar ini, kata Julia, memang permintaanya sendiri. Dia spontan mengatakannya ketika suaminya Budi ketika itu bertanya soal mahar pernikahan mereka. Filosofi dari sendal jepit sendiri, menurutnya, adalah alas kaki yang paling nyaman untuk dipakai.
Mudah-mudahan kita jadi pasangan terbaik juga, yang langgeng seumur hidup,” ujar dia. Meski hanya sendal jepit, tapi mahar tersebut tetap tersimpan apik di dalam pigura dengan cat keemasan. Kalau ditotal-total, harga mahar tersebut sebetulnya berkisar Rp200.000. Julia sebagai pihak perempuan pun ikhlas dengan maskawin yang diberikan sang suami.
“Saya juga sudah tanya lagi, benar enggak mau maskawin yang lain. Dia (Julia) cuma minta sendal jepit, yasudah jadi saya berikan sendal jepit,” kata Budi.
Pihak keluarga baik Budi maupun Julia, kata dia, tidak keberatan dengan mahar ini. Meski, awalnya dia lebih ingin mahar mereka seperti seperangkat alat salat, atau barang lainnya.
Petugas pencatatan pernikahan KUA Kebumen, Fatachul Chusain mengatakan, hal ini tidak menjadi masalah, karena mahar merupakan pemberian dari pihak laki-laki ke perempuan. Jadi, bisa dalam bentuk apa saja, baik uang ataupun barang.
Dia mengatakan, ketika awal-awal sudah memastikan ke pasangan ini terkait sendal jepit yang jadi mahar mereka. Kemudian, keduanya tampak benar-benar meyakinkan hal tersebut. “Ketika saya tanya, ternyata filosofisnya, mereka ingin jadi pasangan yang terus bersama-sama, saling melengkapi dan komitmen kesederhanaan,” kata Fatachul.
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.