Ada Cerita kehamilan teman Saya, ketika salah satu teman mengaku bahwa salah satu perubahan terbesar saat ia mengandung adalah merasa sebel sama suami saat hamil.
Perubahan tubuh, emosi, ataupun hormon yang dirasakan ibu hamil memang sesuatu hal yang sangat lumrah terjadi. Tapi bagaimana dengan perasaan tidak suka dengan suami sendiri?
Kondisi ini dialami salah seorang teman saya, Lena. Ketika sedang mengandung anak pertamanya, ia mengatakan kalau dirinya tiba-tiba saja merasa sebel sama suami saat hamil.
“Bawaannya tuh kesal kalau lihat suami. Apalagi kalau dia ada di dekat saya, jadi ngerasa nggak nyaman. Ditambah lagi dengam aroma tubuhnya. Bukan karena bau, kalau sehabis mandi dan pakai minyak wangi juga nggak suka,” bebernya.
Perubahan emosi, mengapa tiba-tiba saja sebel sama suami saat hamil?
Saat hamil, perempuan memang cenderung mengalami perubahan hormon yang sangat cepat. Karena itu, kondisi inilah yang membuat suasana hati mereka berubah cepat. Mudah sedih, kesal bahkan marah.
Tetapi pertanyaannya adalah mengapa ada perempuan hamil yang tiba-tiba saja tidak nyaman dengan keberadaan suaminya?
ini biasanya terjadi karena ibu hamil merasa lebih bertanggung jawab pada janin dan bentuk fisik yang berubah, tidak seperti suami yang tidak mengalami perubahan.
Namun, perubahan emosional ibu hamil ini akan berangsur pulih seiring berkurangnya gejala mual di pagi hari atau morning sickness hilang. Atau, setidaknya setelah proses melahirkan.
- Bagaimana mengelola perubahan emosional ibu hamil ini?
- Pentingnya belajar kendalikan diri sendiri
Ketika mengalami situasi ini, cobalah mengendalikan diri Anda dengan lebih baik. Jika Anda membiarkan pikiran terganggu, itu dapat menyebabkan depresi ibu yang parah terutama setelah melahirkan bayi.
Saran untuk suami:
Coba pahami istri saat hamil. Jika istri mengatakan tidak ingin melihat wajah suami, cobalah untuk memenuhi permintaannya sampai istri membutuhkan suami kembali.
- Pahami emosi lebih dulu
Ketika mengalami situasi ini, apa yang dapat suami lakukan adalah mencoba memahami diri sendiri lebih dulu. Bahwa semua ini disebabkan perubahan hormon.
Oleh karena itu, cari tahu apa yang bisa menyebabkan Bunda mudah emosi, marah, atau sedih. Dengan mengetahuinya, Bunda pun bisa menghindari hal tersebut untuk tidak terjadi.
Terkadang hal itu terjadi karena perkataan suami yang mungkin menyakiti perasaan Bunda terutama ketika dalam fase kehamilan ini.
Saran untuk suami:
Seorang suami harus memahami istrinya karena perubahan emosi seperti ini sebenarnya normal bagi wanita hamil. Saat memasuki trimester kedua, lambat laun istri akan mulai menyesuaikan dengan perubahan hormon hingga kondisi ini akan hilang.
- Usahakan untuk tidak selalu kesal
Ya, kemarahan tentu saja harus dihindari ketika hamil karena saat marah, akan menyebabkan tekanan darah tinggi serta memengaruhi pertumbuhan janin dan bayi pun akan merasakan apa yang Bunda rasakan.
Saran untuk suami:
Cobalah bantu mengendalikan kemarahan dan kekecewaan istri. Temukan solusi untuk menenangkan istri, dan suami pun tentu saja perlu lebih sabar dan tetap tenang.
- Biarkan suami membantu meringankan beban
Jika merasa lelah menyelesaikan tugas pekerjaan rumah, mintalah bantuan suami. Tak perlu gengsi atau merasa kuat kalau Bunda bisa melakukan segalanya sendirian.
Jika perlu buatlah daftar pekerjaan yang perlu diselesaikan bersama, untuk Bunda sendiri dan tentu saja beri tahu bagian yang menjadi tanggung jawab suami. Dengan begini, Bunda bisa merasa tenang dan tidak terlalu terbebani dengan pekerjaan rumah yang tidak pernah berakhir.
Saran untuk suami:
Suami tentu saja perlu lebih inisiatif dengan menawarkan bantuan untuk pekerjaan rumah yang bisa dikerjakan. Tak perlu menuggu istri meminta bantuan, bukan?
- Jangan menyimpan perasaan negatif
Jika Bunda merasa tertekan dan tidak tahu bagaimana cara mengatasinya, lebih baik langsung meminta saran dari spesialis sehingga masalahnya dapat diselesaikan.
Saran:
Datanglah ke psikolog untuk menjelaskan masalah ini. Perubahan emosional ibu hamil ini tidak boleh dianggap enteng karena dapat memengaruhi Bunda dan hubungan dengan suami. Cara terbaik untuk mengelola emosi, bisa dengan cara membangun ikatan dengan pasangan setiap saat.